Teks Eksposisi tema pendidikan
Tugas Bahasa Indonesia kelas X SMA, membuat teks eksposisi 500 kata
This text was created by Dian K Putri, on 27/08/2020
Kurangnya Minat Baca Warga Indonesia
Pada dasarnya membaca
merupakan proses untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media
bahasa tulis. Membaca juga merupakan kegiatan yang sangat penting, selain
menambah wawasan, membaca setiap hari juga dapat menjaga dan meningkatkatkan
fungsi otak. Namun, hal ini sepertinya tidak memengaruhi pada minat baca warga
Indonesia.
Menurut survei kelas
dunia, orang-orang Indonesia tak suka baca buku. Minat baca anak-anak bangsa ini terpuruk di level bawah. Berdasarkan hasil penelitian Program for
International Student Assessment (PISA) rilisan Organization for
Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 menunjukkan rendahnya
tingkat literasi Indonesia dibanding 69 negara lainnya di dunia. Indonesia
berada pada peringkat 62 dari 70 negara yang disurvei, dengan skor 397.
Indonesia masih mengungguli Brazil namun berada di bawah Yordania. Tentu saja,
ini membuktikan bahwa negara Indonesia masih sangat jauh tertinggal dalam minat
bacanya. Jika dibandingkan dengan Singapura, Singapura menduduki peringkat 1
dengan skor 535.
Riset berbeda bertajuk World’s
Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut
State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki
peringkat ke-60 dari 61 negara pada minat membaca, persis berada di bawah
Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian
infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas
negara-negara Eropa.
Ironisnya, meski minat
baca buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang
Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Tidak heran
dalam hal keramaian di media sosial, orang Indonesia berada di urutan ke-5
dunia. Jakarta lah kota paling ramai di dunia maya. Karena sepanjang hari,
aktivitas cuitan dari akun Twitter yang berdomisili di Ibu Kota Indonesia ini
paling padat melebihi Tokyo dan New York. Laporan ini berdasarkan hasil riset Semiocast,
sebuah lembaga independen di Paris.
Melalui gadget memang
banyak informasi fakta yang beredar. Sayangnya informasi yang mereka dapatkan
juga bukan berasal dari media yang bisa dipercaya, melainkan dari media sosial
yang lebih banyak dipenuhi oleh opini, bukan fakta. Bahkan sebaliknya, mereka
malah lebih percaya dengan portal-portal fake news dan akun-akun
penyebar hoax. Inilah yang sering membuat orang Indonesia salah paham,
karena rendahnya minat baca.
Problema tersebut, tidak
boleh di anggap remeh, karena besarnya rasa cinta membaca sama dengan kemajuan.
Artinya, suatu tingkatan minat baca seseorang menentukan tingkat kualitas serta
wawasannya. Kebiasaan membaca sangat perlu ditingkatkan terutama kepada para
generasi penerus bangsa Indonesia.
Suatu asumsi menyatakan
bahwa budaya membaca lebih penting dari pada sekolah dalam tujuan mencapai
kesuksesan. Suka membaca tanpa bersekolah masih berpeluang dalam mencapai
kesuksesan, karena membaca membuat pola pikir kita menjadi luas dan tajam.
Meningkatkan kreativitas kita dalam bekerja atau menciptakan lapangan kerja
guna mencapai kesuksesan. Sedangkan tidak suka membaca tapi bersekolah, peluang
untuk mencapai kesuksesan lebih kecil.
Maka dari itu,
bibit-bibit minat baca sudah seharusnya ditanamkan sedari kecil. Kalau kita
sudah menanamkan dalam diri kita bahwa membaca adalah kegiatan yang menarik dan
menyenangkan, pasti kita akan lebih mudah membaca buku-buku. Baik itu buku
novel ataupun buku pelajaran. Karena sesungguhnya semuanya akan kembali lagi
kepada diri sendiri, apakah kita memiliki niat untuk membaca atau tidak. Karena
jika sudah tidak memiliki niat, pasti juga sudah tidak berminat.
Dian K Putri
27/8/2020
Komentar
Posting Komentar